post-21

Halo para Authors .

Penerbit Pusaka Winara – Kali ini Winara bakalan berbagi info terkait perbedaan istilah Penerbit Indie, Self Publishing dan Mayor. Perlu kalian ketahui ya bahwa ada berbagai macam jenis istilah dalam penerbitan buku, Mulai dari percetakan Mayor, percetakan indie hingga Self Publishing dari ketiganya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing ya…

Lantas, Jika kalian sebagai penulis pemula, harus pilih yang mana?. Sebelum menentukan pilihan, yuk berkenalan dengan istilah-istilah diatas agar kita tidak lagi merasa kebingungan. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Baca Juga :

Penerbit Mayor

Dikutip dari blog pukupedia, istilah penerbit mayor adalah perusahaan penerbian yang skalanya sudah besar. Pada umumnya, penerbit jenis ini sudah punya nama brand yang besar dan juga memiliki modal yang tidak main-main.

Penerbit mayor umumnya telah memiliki sistem manajemen yang tertata dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya pembagian tugas yang jelas sesuai dengan keahlian masing-masing, seperti layouter, desainer, editor, tim produksi, dan pemasaran.

Karena penerbit mayor sudah memiliki struktur yang jelas, buku yang diterbitkan melalui mereka umumnya akan langsung mendapatkan ISBN. Penerbit akan menyeleksi naskah yang masuk dari para penulis, melakukan kajian serta riset terhadap isi naskah, lalu memasarkan buku tersebut melalui jaringan toko buku yang mereka miliki.

Saat Anda memilih bekerja sama dengan penerbit mayor, tugas utama Anda hanyalah menyerahkan naskah buku yang telah ditulis. Proses editing, tata letak, hingga desain sampul akan sepenuhnya ditangani oleh pihak penerbit. Sekilas, terlihat sederhana karena Anda hanya perlu fokus pada naskah. Terdengar mudah, bukan? Namun kenyataannya, tidak semudah yang dibayangkan.

Sebelum memilih penerbit mayor, penting bagi Anda untuk memahami perbedaannya dengan penerbit indie dan self publishing. Meski penerbit mayor menawarkan sistem profesional dan jangkauan distribusi yang luas, tetap ada kekurangannya—salah satunya adalah proses penerbitan yang bisa memakan waktu cukup lama.

Mengirimkan naskah ke penerbit mayor ibarat mengikuti audisi besar. Anda tidak bisa berharap langsung lolos dan tampil di panggung utama. Bahkan, untuk sekadar mendapat jawaban pun bisa memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Apalagi jika Anda adalah penulis baru, naskah Anda harus bersaing dengan ratusan, bahkan ribuan karya lain. Penerbit akan menilai dengan cermat apakah isi tulisan Anda layak naik cetak atau belum.

Tak jarang, penulis merasa kecewa setelah menanti lama, ternyata naskahnya ditolak dengan berbagai alasan. Seperti petani yang menanam benih, Anda harus sabar merawat dan menunggu hasil panen. Jadi, jika Anda ingin menerbitkan buku di penerbit mayor, persiapkan diri dengan baik, siapkan strategi yang matang, dan yang terpenting—miliki kesabaran

Penerbit Indie

Meskipun peluang untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidaklah mudah, jangan sampai hal itu membuat Anda patah semangat. Anda tetap bisa menyalurkan karya melalui jalur lain, seperti bekerja sama dengan penerbit independen atau yang sering disebut penerbit indie atau mandiri.

Penerbit indie merupakan alternatif bagi penulis yang ingin menerbitkan bukunya tanpa melalui proses seleksi ketat dari penerbit besar. Dalam sistem ini, penulis memiliki peran aktif dalam proses penerbitan, bahkan bisa menjadi penerbit bagi karyanya sendiri. Meskipun jangkauan pasarnya masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan penerbit besar, keberadaan penerbit indie telah membuka ruang baru dalam dunia penerbitan yang lebih fleksibel dan terbuka bagi siapa saja yang ingin berkarya.

Penerbit indie sering kali dianggap sebagai gabungan antara penerbit mayor dan self-publishing. Namun, sebenarnya terdapat beberapa perbedaan mendasar antara penerbit mayor dan penerbit indie.

Salah satu perbedaan paling mencolok adalah dari segi proses penerbitan. Penerbit indie dikenal dengan proses yang jauh lebih cepat dibandingkan penerbit mayor. Di penerbit mayor, naskah Anda harus melalui tahap seleksi yang ketat dan memakan waktu. Sementara itu, penerbit indie umumnya tidak menyaring naskah secara mendalam. Asalkan isi naskah tidak melanggar norma, seperti isu SARA, naskah biasanya langsung diproses ke tahap berikutnya.

Biaya juga menjadi pembeda utama. Di penerbit mayor, seluruh proses mulai dari editing, layout, hingga desain cover ditanggung oleh pihak penerbit. Sebaliknya, di penerbit indie, semua layanan tersebut biasanya berbayar. Penulis perlu membayar biaya jasa editor, layouter, hingga desainer, kecuali jika penerbit indie tersebut menawarkan sistem paket.

Selanjutnya, perbedaan juga tampak dari aspek jumlah cetak, ISBN, dan distribusi. Di penerbit indie, jumlah buku yang dicetak sangat bergantung pada modal yang dimiliki penulis. Untuk mendapatkan ISBN, penulis pun biasanya harus membayar tambahan biaya, meskipun ada juga penerbit indie yang menyediakannya dalam bentuk paket.

Dalam hal distribusi, penerbit mayor memiliki jaringan luas ke toko-toko buku besar. Sebaliknya, penerbit indie umumnya hanya memanfaatkan media milik mereka sendiri seperti website dan media sosial. Karena itu, penulis di penerbit indie harus lebih aktif memasarkan buku secara mandiri.

Jika Anda memilih penerbit indie, perlu disiapkan dana untuk biaya cetak di awal. Namun, setelah buku terbit, hasil penjualannya sepenuhnya menjadi milik penulis—tanpa potongan royalti untuk penerbit. Beberapa penerbit indie juga menyediakan paket penerbitan satu kali bayar, sehingga prosesnya bisa lebih praktis dan terjangkau.

Penerbit Mandiri (Self Publishing)

Banyak orang masih mengira bahwa penerbit indie dan self publishing adalah hal yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Untuk memahami perbedaannya, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu self publishing.

Self publishing, atau penerbitan mandiri, adalah proses menerbitkan buku secara pribadi tanpa campur tangan penerbit. Dalam sistem ini, semua tanggung jawab ada di tangan penulis sendiri. Mulai dari menulis naskah, proses penyuntingan, mendesain cover, menata isi buku, hingga mengurus ISBN dan barcode ke Perpustakaan Nasional RI—semuanya dilakukan oleh penulis.

Dalam praktiknya, penulis yang memilih jalur self publishing juga bertugas memasarkan bukunya sendiri. Namun, tidak semua proses harus dilakukan sendirian. Kini, banyak penulis yang tetap mengandalkan bantuan penerbit indie untuk beberapa bagian teknis, seperti layout, desain, atau pencetakan, sehingga mereka tidak benar-benar bekerja sepenuhnya sendiri.

Perbandingan Tipe Penerbit Buku

AspekPenerbit MayorPenerbit IndieSelf Publishing
Proses SeleksiKetat, diseleksi terlebih dahuluRelatif Longgar, seleksi RinganTidak ada Seleksi, Langsung Terbit
Waktu TerbitLama (bisa berbulan-bulan)Cepat (biasanya dalam hitungan minggu)Sangat fleksibel, tergantung penulis
BiayaDitanggung PenerbitDitanggung Penulis (berbasis jasa/paket)seluruh biaya dianggung penulis
ISBN & BarcodeDiurus oleh penerbitBisa disediakan oleh penerbit, atau ditanggung penulisDiurus sendiri oleh penulis
Desain & LayoutDisediakan oleh penerbitBisa disediakan oleh penerbit dengan biaya tambahanDikerjakan sendiri atau memakai jasa profesional
Hak Cipta & RoyaltiHak Cipta dipegang bersama, royalti dibagiUmumnya hak cipta tetap di penulis, royalti fleksibelHak Cipta penuh milik penulis, keuntungan penuh
Distribusi BukuMelalui jaringan toko buku nasionalTerbatas, biasanya online (web/media sosial)Tergantung kemampuan promosi penulis
Kontrol Isi BukuPenerbit memiliki kendali besarPenulis memilki kendali cukup besarPenulis Punya Kontrol Penuh
PeruntukanPenulis profesional atau yang ingin eksposur luasPenulis kreatif, butuh cepat terbit, atau naskah khususPenulis Mandiri, ingin kontrol penuh dan hemat biaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *